Wednesday, October 23, 2013

Kata & Pilihan Kata


A. Pengertian Kata

Kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1997) memberikan beberapa definisi mengenai kata:
  1. Elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan merupakan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.
  2. Konversasi bahasa.
  3. Morfem atau kombinasi beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas.
  4. Unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfem (contoh kata) atau beberapa morfem gabungan (contoh perkataan).

Definisi pertama KBBI bisa diartikan sebagai leksem yang bisa menjadi lema atau entri sebuah kamus. Lalu definisi kedua mirip dengan salah satu arti sesungguhnya kathā dalam bahasa Sanskerta. Kemudian definisi ketiga dan keempat bisa diartikan sebagai sebuah morfem atau gabungan morfem.

Pemilihan kata mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih dan digunakan oleh pengarang. Mengingat bahwa karya fiksi (sastra) adalah dunia dalam kata, komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata. Pemilihan kata-kata tentunya melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mendapatkan efek yang dikehendaki.

Jika dilihat dari kemampuan pengguna bahasa, ada beberapa hal yang mempengaruhi pilihan kata, diantaranya : Tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang ‘diamanatkan’ kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya dan menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif.

Adapun fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.


B. Imbuhan Dari Bahasa Asing
Dalam pertumbuhan bahasa Indonesia, banyak imbuhan baru atau serapan dari bahasa daerah, terutama dari bahasa-bahasa asing. Imbuhan-imbuhan tersebut sangat produktif, lebih banyak tampil dalam surat kabar-surat kabar atau karya ilmiah.

Macam-macam Imbuhan Asing dan maknanya

 a. Imbuhan asing dari bahasa Daerah
    1. Awalan tak = tidak.
        Contoh: tak sadar,tak aktif,tak sosial,dsb.
    
     2. Awalan serba = seluruhnya/semuanya.
         Contoh: serba merah, serba susah,dsb.
    
     3. Awalan tuna = kehilangan sesuatu,ketiadaan, cacad.
         Contoh: tuna karya, tuna wisma, tuna susila, dsb.

  b. Imbuhan asing dari bahasa Sanskerta
     1. Bentuk awalan sebagai berikut:
         Awalan maha = sangat/besar, pra = sebelum (= pre), swa = sendiri, dan 
         dwi = dua, dsb.
         Contoh:Para mahasiswa sedang melakukan penelitian di Gunung Merapi.
    
   2. Bentuk akhiran dari bahasa Asing (wan, -man, -wati,-i,-wi,-ah ,
        -er, -al, -ik, -if, -is, -isme, -isasi, -logi, -or)
       Makna akhiran wan, -man, -wati adalah sebagai berikut : 
        - Menyatakan orang yang ahli.
           Misalnya : ilmuwan, rohaniwan, dan budayawan, sastrawan, dsb.
        - Menyatakan orang yang mata pencahariannya dalam bidang tertentu.
           Misalnya : karyawan, wartawan, dan industriwan.
        - Orang yang memiliki sifat khusus.
           Misalnya : hartawan dan dermawan.
        - Menyatakan jenis kelamin.

       Makna akhiran -i,-wi,-ah adalah sebagai berikut:
        - Alami, badani, insani, hewani, artinya menyatakan 'bersifat...'.
        - Duniawi, surgawi artinya menyatakan 'bersifat...'.
        - Jasmaniah, ilmiah, harfiah artinya 'mempunyai sifat..'.
   
       Makna akhiran -er, -al, -ik, -if, -is, -isme, -isasi, -logi, -or:
       Imbuhan asing tersebut berasal dari bahasa Barat. Contohnya sebagai berikut:
       - Tuti bekerja sebagai tenaga honorer di Bank BNI (bersifat honor).
       - Kalau berbicara itu harus obyektif (berdasarkan objek).


C. Upaya Pengindonesiaan
Dalam bahasa Indonesia kedudukan kata dalam satuan sintaksis yang lebih besar menentukan sifat hubungannya dengan kata lain. Kata benda kayu dapat mensifatkan kata lain seperti halnya kata sifat bagus. Seperti hanya bagus pada meja bagus, kayu, juga mensifatkan meja pada meja kayu. Dalam bahasa Indonesia kata kayu tidak mengalami perubahan bentuk, dan semata-mata posisinya dalam satuan sintaksis yang menempatkannya sebagai atribut. 

Menurut kaidah bahasa Indonesia barangkali kata morfologi atau akademi tidak perlu berubah apabila berpindah posisinya, misalnya pada morfologi bahasa Indonesia dan proses morfologi, serta akademi bahasa Indonesia dan pembantu dekan bidang akademi. Urusan akademi dan urusan akademis maknanya berbeda; yang pertama menyatakan hubungan kemilikan yang kedua hubungan kesifatan. Tetapi hubungan makna itu barangkali baru timbul setelah bahasa Indonesia menyerap kata-kata asing yang berbeda bentuknya itu. 

Untuk menegaskan perbedaan hubungan makna itu, untuk kata-kata dalam bahasa Indonesia sendiri digunakan konfiks ke-an, contohnya: sifat ibu dan sifat keibuan, uang negara dan kunjungan kenegaraan.

Seperti yang digariskan di dalam Pedoman Pembentukan Istilah, mengingat akhiran –ik banyak digunakan untuk menandai kata benda (statistic, linguistic, semantic, logistic, dan sebagainya) untuk kata sifat hendaknya digunakan –is, kecuali pada kata-kata: simpatik, unik, alergik, spesifik, karakteristik, analgesik. 

Akhiran yang berasal dari bahasa Arab, yang terasa lebih bersifat Indonesia, dapat digunakan untuk menerjemahkan kata-kata asing, misalnya penalaran mantiki (logika reasoning), antropologi ragawi (physical anthropology), makhluk surgawi (devine being), terjemahan harfiah (letteral translation) dan sebagainya. 

Pembedaan tunggal-jamak seperti pada politikus dan politisi, kriterium dan kriteria, datum dan data, unsur dan anasir tidak begitu diperhatikan dalam bahasa Indonesia. Memang sesudah terserap dalam bahasa Indonesia kata-kata itu tentu saja tidak perlu tunduk pada kaidah bahasa aslinya. Kalau politisi, kriteria, data dan unsur yang lebih banyak dipakai boleh saja untuk menyatakan jamak kata itu diulang menjadi politisi-politisi, kriteria-kriteria, data-data atau unsur-unsur. Begitu juga kalau dalam suatu upacara penguburan seorang yang memberikan sambutan mengajak para hadirin berdoa agar arwah almarhumah diberi tempat yang layak di sisi Tuhan.

Dengan alat-alat ketatabahasaan diharapkan bahwa bahasa Indonesia menjadi lebih luwes dalam menyatakan kembali berbagai konsep dalam berbagai bidang ilmu yang berasal dari Barat. Kemampuan untuk menyerap berbagai gagasan dari Barat dan mengungkapkannya kembali dalam bahasa Indonesia, diharapkan semakin meningkat. Kata-kata asing tidak kita pungut begitu saja, melainkan diusahakan agar dapat dinyatakan dengan kata-kata yang lebih bersifat Indonesia.


D. Hubungan Makna Kata (Sinonimi, Homonimi, Hiponimi, Polisemi, Antonimi)

1. Sinonim
    Yaitu dua kata atau lebih yang memiliki makna sama atau hampir sama. 
    Contoh :   
    a. Yang sama maknanya : Sudah – telah, Sebab – karena. 
    b. Yang hampir sama maknanya : Untuk-bagi-buat-guna, Cinta-kasih-sayang.
    Contoh kalimat : Kemarin Rido menyatakan cinta kepada perempuan yang dia 
                                  cintai tapi dia sudah memiliki wanita pujaan hati. 

2. Homonim 
    Yaitu dua kata atau lebih yang ejaannya dan lafalnya sama, tetapi maknanya 
    berbeda.
    Contoh :
    Buku 1 : buku kaki/tangan “tulang sendi” 
    Buku 2 : buku tulis. 
    Contoh kalimat : Setiap hari senin polisi selalu mengadakan apel pagi. 

3. Hiponim
     Yaitu relasi antar kata yang yang berwujud ats-bawah , atau dalam suatu makna
     terkandung sejumlah makna yang lain.

4. Polisemi 
    Yaitu satu kata yang memiliki makna banyak.
    Contoh :  JATUH 
    1.Didit jatuh dari sepeda.
    2.Harga gabah jatuh. 
    3.Setiba di runah dia jatuh sakit. 
    4.Nilainya jatuh dalam ujian.
    Contoh kalimat : Guru yang dulunya pernah menderita cacat mental itu 
                                   sekarang menjadi kepala sekolah smp kroto emas. 

5. Antonim 
    Yaitu kata-kata yang berlawanan makna.
    Contoh :
    Besar – kecil, siang – malam, panjang-pendek.
   Contoh kalimat: Nilai ujian atematika Budi sangat tinggi tapi nilai ujian Bahasa
                                 Inggris sangat rendah.


Sumber:
1.http://id.wikipedia.org/wiki/Kata
2.http://www.slideshare.net/Edhots/imbuhan-asing-13796931
3.http://ocw.gunadarma.ac.id/course/economics/management-s1/bahasa-indonesia/pembentukan-kata
4.http://shistaiitha.blogspot.com/2010/11/contoh-kalimat-penghubung-makna.html

No comments:

Post a Comment